Satu Nusa Satu Bangsa (Ciptaan. L. Manik)

Satu Nusa Satu Bangsa (Ciptaan. L. Manik)

Berikut lirik lagu Satu Nusa Satu Bangsa

Satu nusaSatu bangsaSatu bahasa kita

Tanah airPasti JayaUntuk selama-lamanya

Indonesia pusakaIndonesia tercinta

Nusa bangsaDan bahasaKita bela bersama

Tonton juga video berikut:

Dapatkan Berita Terkini khusus untuk anda dengan mengaktifkan notifikasi Antaranews.com

Satu Nusa Satu Bangsa adalah lagu nasional Indonesia yang kerap dinyanyikan dalam acara kenegaraan seperti HUT Kemerdekaan Indonesia.

Lagu ini diciptakan oleh Liberty Malik atau L. Manik. Lirik lagu Satu Nusa Satu Bangsa memang terdengar sederhana tetapi memiliki makna yang mendalam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Satu Nusa Satu Bangsa merupakan lagu yang terinspirasi dari penderitaan rakyat Indonesia pada awal masa Proklamasi Kemerdekaan.

Dikutip dari buku Seniman Batak dari Masa ke Masa (2022) oleh Flores Tanjung dkk, tema syair lagu ini telah dikenal sejak Kongres Pemuda pada 1928 yang dikenal dengan peristiwa Sumpah Pemuda.

Lagu Satu Nusa Satu Bangsa pertama kali diperdengarkan pada Juni 1947 melalui Radio Republik Indonesia Yogyakarta.

Satu Nusa Satu Bangsa

Satu nusaSatu bangsaSatu bahasa kita

Tanah AirPasti jayaUntuk selama-lamanya

Indonesia pusakaIndonesia tercintaNusa bangsadan bahasaKita bela bersama

Setiap 10 November, masyarakat Indonesia memperingati Hari Pahlawan Nasional.

Pada hari tersebut, kita akan mengenang jasa-jasa para pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, biasanya dengan melangsungkan upacara bendera.

Dalam rangkaian upacara, terdapat sesi menyanyikan lagu nasional. Salah satu lagu yang bisa dinyanyikan saat upacara Hari Pahlawan adalah Satu Nusa Satu Bangsa.

Lirik Lagu Satu Nusa Satu Bangsa

Ilustrasi. Lirik lagu Satu Nusa Satu Bangsa ciptaan L. Manik dan maknanya (FotoshopTofs/Pixabay)

Berikut lirik lagu Satu Nusa Satu Bangsa, dilansir dari Buku Panduan Pramuka Siaga (2015).

Lirik Lagu Satu Nusa Satu Bangsa Karya L. Manik

Lirik Lagu Satu Nusa Satu Bangsa Karya L. Manik

Berikut ini lirik lagu Satu Nusa Satu Bangsa karya L. Manik:

Satu Nusa Satu Bangsa

Lagu wajib nasional adalah sebuah lagu yang mana setiap lirik berisikan peristiwa-peristiwa sejarah kemerdekaan Indonesia dimulai dari hari kemerdekaan Indonesia, lagu tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia hingga lagu yang memuji perjuangan para pahlawan pejuang kemerdekaan.

Lagu wajib nasional juga disebut lagu perjuangan. Menurut Desternelli, dkk (2017), lagu wajib nasional adalah lagu berbahasa yang syairnya berisi aspek kehidupan bangsa Indonesia. Penciptaan lagu wajib nasional di latar belakangi masa perjuangan dan masa kemerdekaan bangsa Indonesia.

Syair lagu wajib nasional mencerminkan masa sebelum dan sesudah perang kemerdekaaan, jiwa patriot dan kebangsaan yang terungkap lewat syair-syair lagunya terasa sangat menonjol sehingga memberi pengaruh positif bagi semangat rakyat dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan.

Melalui Intsruksi Menteri Muda Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan yang diterbitkan oleh Balai Pustaka tahun 1963 telah ditetapkan tujuh buah lagu perjuangan sebagai lagu wajib nasional yaitu:

1. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya ciptaan W.R. Supratman;

2. Lagu Bagimu Negeri ciptaan Kusbini;

3. Lagu Maju tak Gentar ciptaan Cornel Simanjuntak;

4. Lagu Halo-halo Bandung ciptaan Ismail Marzuki;

5. Lagu Rayuan Pulau Kelapa ciptaan Ismail Marzuki;

6. Berkibarlah Benderaku ciptaan Bintang Sudibyo;

7. Lagu Satu Nusa Satu Bangsa ciptaan L. Manik.

JAKARTA, KOMPAS.com - Liberty Manik merupakan penyiar radio RRI Yogyakarta dan sekaligus pencipta lagu "Satu Nusa Satu Bangsa".

Lagu ini pertama kali diperdengarkan lewat radio pada tahun 1947.

Lagu ini semakin bermakna bagi bangsa Indonesia karena sangat melekat dengan peristiwa Sumpah Pemuda.

Walaupun, lagu ini diciptakan setelah peristiwa Sumpah Pemuda.

Para pemuda saat itu tidak hanya berjanji bertanah air satu, melainkan juga berbangsa satu, walaupun Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Inilah lirik dan chord lagu "Satu Nusa Satu Bangsa" yang diciptakan oleh Liberty Manik.

[Verse]C                 FSatu nusa, Satu bangsaC             GSatu bahasa kitaC               FTanah air, Pasti jayaC                     G      CUntuk Selama-lamanya

[Chorus]GIndonesia pusakaFIndonesia tercintaCNusa bangsaFDan BahasaC              G     CKita bela bersama

C F Satu nusa, Satu bangsa

C G Satu bahasa kita

C F Tanah air, Pasti jaya

C G C Untuk Selama-lamanya

C G C Kita bela bersama

TRIBUNMANADO.CO.ID - Chord kunci gitar Satu Nusa Satu Bangsa, lagu nasional Republik Indonesia ciptaan Liberty Manik.

Chord C : Satu Nusa Satu Bangsa

C                 FSatu nusa, Satu bangsa

C             GSatu bahasa kita

C               FTanah air, Pasti jaya

C                     G      CUntuk Selama-lamanya

C              G     CKita bela bersama

Sejarah Hidup L. Manik: Pencipta Lagu Satu Nusa Satu Bangsa

Liberty Manik dilahirkan di Dairi, Sumatera Utara, tanggal 21 November 1924, dengan nama asli Raja Tiang Manik. Anak dari pasangan Patiham Manik dan Solat br. Situmorang ini menuntaskan pendidikan dasarnya di Hollandsch Inlandsche School (HIS) di kampung halamannya.

"Sejak kecil, ia (L. Manik) sudah pandai menyanyi, main suling dan kecapi," kata salah satu ahli waris L. Manik, R. Situngkir, dikutip dari website Universitas Negeri Medan (Unimed) dalam artikel berjudul "Mengungkap Peran Komponis Nasional Liberty Manik dalam Mentransnarasikan 500-an Naskah Batak" (21 Juli 2019).

L. Manik kemudian merantau ke Jawa untuk melanjutkan pendidikan di sekolah keguruan untuk bumiputera yakni Hollandsche Indische Kweekschool (HIK) di Muntilan, Magelang, sekarang termasuk wilayah Provinsi Jawa Tengah, tidak jauh dari Yogyakarta.

Dari sekolah inilah L. Manik semakin mendalami musik. Di HIK Muntilan, kegiatan seni musik menjadi ekstrakulikuler wajib. Di sekolah ini pula, ia berkenalan dengan sejumlah tokoh yang kelak juga menjadi musisi nasional seperti Cornel Simanjuntak dan Alfred Simanjuntak.

L. Manik sempat bekerja sebagai pemain biola dan penyanyi radio di Semarang pada masa pendudukan Jepang yang mengambil-alih Indonesia dari Belanda sejak tahun 1942. Setelah Indonesia merdeka pada 1945, L. Manik pindah ke Yogyakarta.

Selain melanjutkan studi, di Yogyakarta L. Manik juga membentuk kelompok paduan suara. Lagu Satu Nusa Satu Bangsa yang diciptakan pada 1947 disebarluaskan oleh kelompok paduan suara yang diberi nama Koor Lagu-lagu Tanah Air ini.

Tahun 1949, L. Manik ke Jakarta untuk bekerja di Majalah Arena yang dipimpin oleh Umar Ismail. Ia kemudian pulang ke Sumatera Utara pada 1951 dan sempat aktif di kelompik paduan suara RRI Medan.

L. Manik mendapatkan beasiswa untuk mendalami seni musik di Belanda pada 1954. Tahun 1959, ia kembali memperoleh beasiswa, kali ini dari Freie Universitat di Jerman dan lulus dengan meraih cum laude pada 1968.

Kembali ke tanah air pada 1967, L. Manik memilih bermukim di Yogyakarta dan mengajar di Institut Seni Indonesia (ISI). Sang musisi jenius ini wafat di Yogyakarta pada 16 September 1993 dan dikebumikan di kompleks pemakaman seniman di Imogiri, Bantul.

Makna Lagu Satu Nusa Satu Bangsa

Dikutip dari buku Seni Budaya dan Keterampilan (2004), setiap lagu wajib nasional diciptakan sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia kala itu.

Hal tersebut membuat setiap lagu nasional memiliki makna dan sejarah yang berbeda-beda antara satu dan lainnya.

Begitu juga dengan lagu Satu Nusa Satu Bangsa. Saat lagu ini ditulis, tengah terjadi agresi militer oleh Belanda yang ingin merebut kembali wilayah Indonesia.

Makna dari lagu Satu Nusa Satu Bangsa adalah rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Pasalnya, lagu ini terlahir sebagai wujud perjuangan dan kecintaan terhadap Tanah Air.

Selain itu, lagu ini juga merupakan harapan akan persatuan dan kesatuan bangsa. Melalui lagu ini, L. Manik mengajak rakyat Indonesia bersatu dan mempertahankan kemerdekaan.

Lagu Satu Nusa Satu Bangsa memiliki alunan nada sederhana yang mampu membangkitkan rasa khidmat, haru, dan sekaligus semangat nasionalisme.

Dari lirik 'satu nusa satu bangsa satu bahasa kita', tersimpan makna bahwa Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah.

Walau setiap daerah memiliki bahasa yang berbeda-beda, rakyat Indonesia memiliki bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.

Sementara pada lirik 'tanah air pasti jaya untuk selama-lamanya' tersimpan makna persatuan dan kesatuan untuk mewujudkan kejayaan bangsa Indonesia.

Pada penggalan 'Indonesia pusaka Indonesia tercinta nusa bangsa dan bahasa, kita bela bersama' juga mengandung makna yang tak kalah mendalam, yaitu kekayaan yang dimiliki Indonesia merupakan harta paling berharga bagi seluruh rakyat Indonesia.

Demikian lirik lagu Satu Nusa Satu Bangsa ciptaan L. Manik dan maknanya.

tirto.id - Bagaimana lirik lagu Satu Nusa Satu Bangsa dan siapa penciptanya?

Indonesia memiliki banyak lagu nasional yang memiliki arti dan lirik makna yang mendalam. Salah satu lagu wajib nasional adalah Satu Nusa Satu Bangsa. Lagu Satu Nusa Satu Bangsa diciptakan oleh Liberty Manik alias L. Manik yang turut mewarnai sejarah perjuangan rakyat Indonesia.

Dikutip dari Kumpulan Lagu Wajib Nasional, Tradisional, & Anak Populer (2017) karya Hani Widiatmoko dan Dicky Maulana, lagu wajib nasional mempunyai ciri khas dari penciptanya. Lirik lagu wajib nasional bertujuan untuk menanamkan sikap cinta tanah air dan bangsa, heroisme, patriotisme, dan nasionalisme serta rela mengorbankan jiwa dan raga demi kelangsungan hidup bangsa.

Lirik lagu Satu Nusa Satu Bangsa seakan terkait dengan Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Teks Sumpah Pemuda menyatakan bahwa pemuda dan pemudi Indonesia mengaku: berbangsa satu, bertanah air satu, dan berbahasa persatuan yang satu, Indonesia.

Meskipun begitu, lagu Satu Nusa Satu Bangsa ternyata diciptakan jauh setelah Sumpah Pemuda, tepatnya dua tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, yakni pada 1947. Lagu Satu Nusa Satu Bangsa pertama kali diperdengarkan untuk umum melalui radio.

Pencipta lagu Satu Nusa Satu Bangsa adalah Liberty Manik alias L. Manik. Tokoh musisi nasional yang pernah bekerja sebagai penyiar Radio Republik Indonesia (RRI) di Yogyakarta ini menciptakan lagu tersebut pada 1947.